Suatu hari Ucup bermain kelereng bersama teman-temannya di halaman rumah.Berkali-kali Ucup memenangkan permainan. Dengan tinggi hati ia mengejek temannya yang kalah bermain,mulanya sang teman diam saja,tapi lama-lama tidak tahan juga mendenga ejekan Ucup,sehingga ia menangis dan bertengkar dengan Ucup.Ucup terus saja membenarkan dirinya sendiri dan ia pun pulang dengan dada tegap.
Sesampainya di rumah Ucup bercerita kepada sang Ayah., “Ayah..Ayah....,Ucup tadi menang main kelereng,teman Ucup kalah semua.Mereka payah...” sang Ayah masih diam dan menjadi pendengar setia anaknya.”Tau nggak yah,tadi Ucup juga menang berkelahi lho....”tambah Ucup. Sang Ayah mengangguk-anggukkan kepalanya, “ Kenapa ucup berkelahi?” tanya Ayah. “ Teman Ucup malu karena terus-menerus kalah bermain,dia marah karena Ucup mengejeknya.” jawab Ucup. Sang Ayahpun tau alasan Ucup.,dan dia termenung.Kemarin lusa Ucup bertengkar dengan teman sekolahnya karena berebut karet penghapus yang sebenarnya bukanlah milik Ucup,
Sesampainya di rumah Ucup bercerita kepada sang Ayah., “Ayah..Ayah....,Ucup tadi menang main kelereng,teman Ucup kalah semua.Mereka payah...” sang Ayah masih diam dan menjadi pendengar setia anaknya.”Tau nggak yah,tadi Ucup juga menang berkelahi lho....”tambah Ucup. Sang Ayah mengangguk-anggukkan kepalanya, “ Kenapa ucup berkelahi?” tanya Ayah. “ Teman Ucup malu karena terus-menerus kalah bermain,dia marah karena Ucup mengejeknya.” jawab Ucup. Sang Ayahpun tau alasan Ucup.,dan dia termenung.Kemarin lusa Ucup bertengkar dengan teman sekolahnya karena berebut karet penghapus yang sebenarnya bukanlah milik Ucup,
seminggu lalu Ucup diskors oleh pak ustad karena ia jail menyembunyikan sandal teman mengajinya.”Ooh..anakku..”desah Ayah.Sang Ayah terdiam & berpikir bagaimana caranya mengajarkan Ucup agar menjadi lebih baik.,dan akhirnya ia tersenyum tipis..
Esok harinya Ayah meminta Ucup membelikannya 1/4kg paku berukuran sedang.Sambil berlari Ucup menghampiri sang Ayah sembari memberikan paku yang dipesannya.Lalu Ayah mengajak Ucup ke halaman belakang rumah dan berhenti di sebelah pohon lengkeng yang besar.”Anakku..,ayah punya tugas untukmu”,kataAyah.”Tugas apa yah?”,tanya Ucup. “Semua paku ini Ayah berikan kepadamu,dan Ayah minta kamu menancapkan satu buah paku ke batang pohon lengkeng ini.”jawab Ayah.
Ucup pun menuruti perintah Ayah. “bagus..,untuk seterusnya kamu mempunyai kewajiban menancapkan satu buah paku untuk setiap kali kamu bertengkar atau bertingkah jail terhadap teman kamu,apakah kamu mengerti? “,tanya Ayah. “Siap!! Ucup mengerti”,jawab Ucup. Meskipun jail ternyata Ucup anak yang cerdas ,ia pun selalu ingat perintah sang Ayah.Hingga suatu hari Ucup mengadu kepada Ayah karena pakunya habis. Sang Ayah tersenyum dan mengajak Ucup melihat pohon lengkeng tempat Ucup menancapkan paku-pakunya.
Kemudian Ayah berkata “sekarang Ayah minta Ucup mencabut semua paku itu satu persatu dengan tang pengungkit.Setelah selesai,ayah berpetuah “ Ucup lihat batang pohon lengkeng ini,meskipun paku yang Ucup tancapkan sudah Ucup cabut tetapi lubang paku itu masih ada dan membekas..,begitu pula tingkah laku Ucup yang selama ini banyak melukai hati teman-teman Ucup.Meskipun Ucup sudah menarik ejekan Ucup dan meminta maaf,tetapi luka hati yang sudah tertancap di hati mereka masih juga membekas... Untuk itu,mulai saat ini Ucup harus belajar menghargai dan menghormati perasaan orang lain dan tidak semena-mena menyakiti hati orang lain. “
Hari ini Ucup mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari sang Ayah,dan ia berjanji akan memperbaiki kesalahannya.
Esok harinya Ayah meminta Ucup membelikannya 1/4kg paku berukuran sedang.Sambil berlari Ucup menghampiri sang Ayah sembari memberikan paku yang dipesannya.Lalu Ayah mengajak Ucup ke halaman belakang rumah dan berhenti di sebelah pohon lengkeng yang besar.”Anakku..,ayah punya tugas untukmu”,kataAyah.”Tugas apa yah?”,tanya Ucup. “Semua paku ini Ayah berikan kepadamu,dan Ayah minta kamu menancapkan satu buah paku ke batang pohon lengkeng ini.”jawab Ayah.
Ucup pun menuruti perintah Ayah. “bagus..,untuk seterusnya kamu mempunyai kewajiban menancapkan satu buah paku untuk setiap kali kamu bertengkar atau bertingkah jail terhadap teman kamu,apakah kamu mengerti? “,tanya Ayah. “Siap!! Ucup mengerti”,jawab Ucup. Meskipun jail ternyata Ucup anak yang cerdas ,ia pun selalu ingat perintah sang Ayah.Hingga suatu hari Ucup mengadu kepada Ayah karena pakunya habis. Sang Ayah tersenyum dan mengajak Ucup melihat pohon lengkeng tempat Ucup menancapkan paku-pakunya.
Kemudian Ayah berkata “sekarang Ayah minta Ucup mencabut semua paku itu satu persatu dengan tang pengungkit.Setelah selesai,ayah berpetuah “ Ucup lihat batang pohon lengkeng ini,meskipun paku yang Ucup tancapkan sudah Ucup cabut tetapi lubang paku itu masih ada dan membekas..,begitu pula tingkah laku Ucup yang selama ini banyak melukai hati teman-teman Ucup.Meskipun Ucup sudah menarik ejekan Ucup dan meminta maaf,tetapi luka hati yang sudah tertancap di hati mereka masih juga membekas... Untuk itu,mulai saat ini Ucup harus belajar menghargai dan menghormati perasaan orang lain dan tidak semena-mena menyakiti hati orang lain. “
Hari ini Ucup mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari sang Ayah,dan ia berjanji akan memperbaiki kesalahannya.